Informasi Berkah Wakaf Quran

Monday, 1 July 2013

Menggugah Kesadaran Berasuransi

0813583620X310
KOMPAS.com — Seorang kawan lama tiba-tiba mengirim pesan sms. Dalam pesan tersebut, ia menceritakan kondisi keuangannya yang terkuras habis karena orangtuanya sakit. Ia bahkan sampai menjual mobil. Sudah satu bulan ini ibunya tergolek di rumah sakit karena sakit. Kawan itu berharap teman-temannya bisa membantu beban keuangannya.
“Paradigma yang selama ini berkembang cenderung melihat asuransi sebagai kebutuhan terakhir yang tidak terlalu penting.”


Jika saja ibunya memiliki jaminan asuransi, mungkin ceritanya akan lain. Beban ekonomi yang harus mereka tanggung untuk biaya kesehatan akan berkurang. Itu hanya satu cerita saja.
Masih ada banyak cerita lain yang mirip seperti itu. Tak jarang ada yang sampai jatuh miskin hanya karena menanggung biaya kesehatan keluarga.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 55 persen dari seluruh rakyat Indonesia belum memiliki jaminan sosial. Adapun 45 persen atau sekitar 7 6 juta orang umumnya pegawai negeri dan swasta yang sudah memiliki jaminan kesehatan masyarakat. Rinciannya, 16 juta orang memiliki Askes, 4 juta mengantongi Jamsostek, 3 juta mempunyai asurasi komersial, dan 2 juta orang anggota Jamkesda.
Mereka yang telah terlindungi asuransi ternyata juga belum lepas dari potensi masalah karena terdapatprotection gap atau kesenjangan proteksi yang signifikan.
Berdasarkan hasil studi AIA Financial yang bertajuk ”Memahami Kesenjangan Proteksi Asuransi Jiwa di Indonesia”, tercatat kesenjangan itu (selisih antara kebutuhan proteksi dan dana yang dimiliki untuk menutup proteksi tersebut) mencapai sekitar Rp 105,7 juta per orang.
Hasil survei menunjukkan, kebutuhan proteksi satu keluarga rata-rata mencapai Rp 137,21 juta, sementara dana darurat (emergency funds) yang mereka siapkan hanya Rp 31,48 juta.
AIA Financial memperkirakan kesenjangan perlindungan untuk semua keluarga Indonesia mencapai Rp 6.128 triliun. Kesenjangan itu bakal terus bertambah karena biaya kesehatan terus naik.
Survei yang melibatkan 1.208 responden tersebut juga mengungkap fakta mengejutkan karena sekitar 60 persen responden ternyata tidak memiliki asuransi atau dana cadangan untuk proteksi diri dan keluarga.
”Dari total penghasilan mereka yang dibelikan produk asuransi hanya 10 persen, sementara tabungan dan investasi 18 persen,” kata Peter J Crewe, Presiden Direktur AIA Financial.
Menurut dia, masyarakat Indonesia sebenarnya mampu membeli proteksi asuransi. Hal itu terlihat dengan suburnya pertumbuhan kelas menengah. Sayangnya, kesadaran asuransi mereka masih rendah. Perlu edukasi dan sosialisasi ekstra untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap proteksi risiko.
Kelas menengah
Bank Dunia menyebutkan, 56,5 persen dari 237 juta populasi Indonesia masuk kategori kelas menengah. Kategori kelas menengah versi Bank Dunia adalah mereka yang membelanjakan uangnya 2 dollar AS (sekitar Rp 18.000) sampai 20 dollar AS (sekitar Rp 180.000) per hari.
Artinya, saat ini ada sekitar 134 juta warga kelas menengah di Indonesia. Disebutkan, terjadi peningkatan jumlah warga kelas menengah Indonesia sebanyak 45 juta orang dari posisi tahun 2003. Sementara dari 134 juta warga kelas menengah versi Bank Dunia itu, sekitar 14 juta orang masuk rata-rata pengeluaran 6 dollar AS (Rp 54.000) sampai 20 dollar AS per hari.
Masih menurut Bank Dunia, nilai uang yang dibelanjakan para warga kelas menengah Indonesia juga fantastis. Belanja pakaian dan alas kaki tahun 2010 mencapai Rp 113,4 triliun, belanja barang rumah tangga dan jasa Rp 194,4 triliun, belanja di luar negeri Rp 59 triliun, serta biaya transportasi Rp 238,6 triliun. Artinya dari sisi finansial sebenarnya mereka memiliki kemampuan yang cukup memadai.
Belum tergarapnya kelas menengah terlihat dari rendahnya penetrasi asuransi. Dalam lima tahun terakhir, tingkat penetrasi asuransi jiwa terhadap penduduk Indonesia bisa dikatakan stagnan di level 13-15 persen. Jumlah pemegang polis hanya berkisar 35 juta, baik individual maupun kumpulan, dibandingkan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta.
Stagnasi tersebut terjadi di tengah pertumbuhan pendapatan premi yang cukup pesat. Angka pendapatan premi asuransi jiwa nasional memang terus tumbuh signifikan dalam lima tahun terakhir, rata-rata mencapai hampir 30 persen per tahun. Hal itu merupakan masalah serius karena berarti manfaat asuransi tidak bisa menjangkau masyarakat luas dan cenderung hanya dinikmati oleh kalangan yang itu-itu saja. Berarti pula, industri asuransi gagal meningkatkan daya tahan keuangan dan kesejahteraan mayoritas keluarga di Indonesia.
Hasbullah Thabrany, profesor di Fakultas Kesehatan Publik dari Universitas Indonesia, mengatakan, rendahnya penetrasi asuransi di Indonesia karena penduduk Indonesia belum sadar risiko. Indonesia ketinggalan sekitar 50 tahun dibandingkan Malaysia.
Ia menyebutkan, peningkatan biaya perawatan di Indonesia rata-rata 7-8 persen per tahun.
Hal senada juga diungkapkan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nurhaida. ”Tantangan utama asuransi adalah persoalan mengubah paradigma,” katanya.
Paradigma yang selama ini berkembang cenderung melihat asuransi sebagai kebutuhan terakhir yang tidak terlalu penting. Padahal, asuransi adalah upaya melindungi diri dan keluarga dari berbagai risiko.
Risiko sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Ada lima jenis risiko yang paling sering terjadi, yakni kematian, kecelakaan, sakit, musibah pada properti (rumah dan kendaraan), dan pemutusan hubungan kerja atau kebangkrutan usaha.
Dari sisi sejarah, asuransi sebenarnya sudah cukup lama dikenal. Di Indonesia, asuransi sudah muncul sejak kolonisasi Belanda. Saat itu Belanda mengembangkan asuransi untuk melindungi sektor perkebunan dan perdagangan.
Dalam sejarah sistem keuangan, kehadiran asuransi juga lebih dulu dibandingkan dengan instrumen lain seperti reksadana. Dengan sejarah yang cukup panjang, sudah seharusnya industri asuransi mencatat prestasi yang fantastis, apalagi di tengah pertumbuhan kelas menengah yang cukup pesat. Apalagi asuransi saat ini tidak melulu sebagai alat perlindungan diri atau perlindungan harta benda semata.
Asuransi telah berkembang sedemikian jauh menjadi instrumen investasi yang diharapkan dapat menjamin tersedianya dana untuk kebutuhan masa depan .
Berbagai upaya untuk menggugah kesadaran bisa ditempuh. Misalnya saja kerja sama dengan institusi pendidikan. Pengenalan asuransi sejak dini membuat wawasan seseorang lebih terbuka. Langkah lainnya adalah pelatihan perencanaan keuangan kepada sejumlah keluarga.
Perusahaan ini secara khusus melatih ibu-ibu rumah tangga untuk mengatur keuangan keluarga. Ya, pendekatannya lebih kepada kaum perempuan. Itu bukan tanpa alasan karena perempuanlah yang selama ini lebih banyak mengatur keuangan keluarga.
Dari merekalah kesadaran berasuransi dibangun. Tidak hanya itu. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, sekitar 60 persen pelaku usaha kecil dan menengah adalah kaum perempuan. Artinya, perempuan juga menjadi tulang punggung ekonomi keluarga.
Selain menumbuhkan kesadaran masyarakat, perusahaan asuransi juga harus melakukan evaluasi. Selama ini banyak citra negatif yang menempel ke asuransi. Sulitnya klaim dan kasus penipuan yang dilakukan sejumlah agen membuat masyarakat cenderung melihat asuransi dengan sebelah mata.
Berbagai tawaran manis diberikan kepada calon nasabah agar mereka terbujuk untuk membeli asuransi. Janji manfaat pun ditawarkan setinggi langit.
Namun, saat nasabah mengajukan klaim semuanya jadi berubah. Prosedurnya sangat berbelit karena tidak transparannya proses pemasaran asuransi sejak awal. (ENY PRIHTIYANI)
Editor :
Agus Mulyadi

Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/01/07/09384572/Menggugah.Kesadaran.Asuransi.Kelas.Menengah

Share:

2 comments:

  1. Replies
    1. Salam kenal Balik Rohis

      Terima kasih telah mampir di weblog ini dan semoga sukses.
      Mungkin kita bisa kerjasama ya.
      Kami memiliki program yang sangat diminati oleh masyarakat. Rata-rata orang kaya di Indonesia ini sangat meminatinya. Program kami yang paling diminati antara lain:
      PROGRAM INVESTASI :
      1. Aktiva Prima - tanpa biaya akuisisi, jadi 100% investasi sejak tahun pertama
      2. Solusi Prima - akuisisi hanya 40% di tahun pertama saja dan masa bayar premi hanya 3 tahun
      3. Priority Link - akuisisi hanya 50% di tahun pertama, cocok untuk orang yang ingin hasil investasi bagus dengan manfaat proteksi yang lengkap seperti Premier HS, http://www.samparyono.com/2013/11/premier-hospital-surgical.html
      PROTEKSI (+++iNVESTASI) :
      1. Hassana Berkah : akuisisi 2 th saja, th 1=60% dan th 2=30%, produk syariah terbaik 2011 (SWA)
      2. Solution : akuisisi 3 th saja, th 1=100%, 2=60%, 3=30% dengan beberapa keunggulannya.

      JIKA ANDA MAU BERGABUNG DENGAN TEAM KAMI, SELAIN KOMPENSASI YANG SANGAT MENARIK KAMI JUGA BERIKAN ANDA GAJI 3 JUTA PER BULAN BESERTA REWARD YANG LAIN

      Salam sukses

      Delete

Tampilan Home Page

Sales Text

Labels

About me Agenda AIA Financial AIA Premier Hospital Surgical AIA Solusi Prima AIA Syariah AIA Syariah "Sangat Bagus" di Sharia Finance Awards 2014 Akad Wakalah Bil Ujrah Aplikasi Penghasil Uang Aqiqah Nurul Hayat Malang Artikel Asuransi Asuransi Bertentangan Dengan Takdir Asuransi Bertentangan Dengan Takdir lanjutan asuransi gigi asuransi gizi Asuransi itu HARAM asuransi jiwa asuransi kelahiran Asuransi Kesehatan Asuransi Syariah Asuransi Tambahan Hassana Berkah Asuransi terbaik Awarding DAY 2013 Bedah Rumah Berbuat Yang Terbaik Bersama Ayah Bunda Cerdaskan Anak Bangsa Blog Bukti Cinta Sehidup Semati Cara Memiliki Asuransi Yang Ideal catatan penulis ClipClaps Company Profile AIA Financial Contact Corona Dasar-dasar Investasi Data Ekonomi Dewan Pengawas Syariah DONGENG MOMONG ANAK Duit Gratis EAM Business Emas dan Perak embun pagi Event Family Income Protect Financial Freedom Financial Planning Funtastic Bromo Galeri Galery GARANSI INCOME Plus Gerai Ramadhan Graduation Funtastic Bromo Class Graduation Funtastic Bromo MDRT Class GramFree Grand Village Assalam Gratis Asuransi dan Emas Murni Griya Lansia Hassana Berkah Hukum Zakat Info NH Info Sehat Info Terkini Investasi JaJadilah Hamba Allah Yang Bersuadara Jakarta Islamic Index (JII) Janji Saya Jariyah Jenis Zakat Jobs jual Teh Hijau Chi King KARIM Business Consulting Kelengkapan Klaim Rawat Inap kesehatan Kesempatan Berkarir di AIA financial Ketentuan Hassana Berkah Kinerja Investasi AIA Financial Klaim Komitmen Saya Kopi Bikla Kopi Jantan Kopi Rempah Liputan Lisensi LOVE YOU DAD Lowongan Kerja Mama Jangan Ambil Uang Saya Manfaat Hassana Berkah manfaat zis Memproteksi Nilai Ekonomi Keluarga Menghitung Nilai Ekonomi Keluarga Menulis Quran MENYESAL MENCINTAIMU mitra Monthly Fund Fact Sheet motivasi Nilai Ekonomi Suami Nishab dan Kadar Zakat Nonton Video Dibayar Nurul Hayat Malang Obligasi Opening AIA Center Bandung orang tua Pastikan punya proteksi ideal Peluang Bisnis Peluang Bisnis Gratis Peluang Income Peluang Usaha Pendidikan Anak Pengertian Zakat Penghargaan Penghargaan AIA Syariah Pengunjung Pensiun Sejahtera Pentingnya Asuransi Pentingnya Perencanaan Keuangan Penyaluran Zakat Percakapan tentang Asuransi di FB Perencanaan Keuangan Premier Hospital Surgical Produk Program Program Sedekah Program Wakaf Promo Properti Syariah Proteksi Proteksi Kesehatan Ramadhan Rekening Pembayaran Premi AIA Reksadana Renungan Saham dan Investasi Selamatkan Masa Depan Mereka Dari Bencana Financial Sigap NH SMP Khairunnas Solusi Bijak Orang Tua Millenial Surga Desa survei SURVEI PASAR Survei Perencanaan Dana Pendidikan Survei Perlindungan Penyakit Kritis Susu Etawa Syaamil Qur'an SYD Tangisan Anak Tentang saya Testimoni Tips Bijak Menggunakan Uang THR Tips Premi Ideal Tips Uang Pertanggungan Ideal Tulisan Lepas Uncategorized Unit Link Terbaik Usaha Berkah Wakaf Buku Sirah Wakaf Quran Warisan pasti waspadai Mers Wujud Cinta Zakat Fitrah Zakat Hadiah zakat Kita Zakat Perdagangan Zakat Pertanian Zakat Profesi Zakat Simpanan zis

Blog Archive

Labels